Mahasiswa Tadabbur Alam : DIKTLATSAR 1, Save Nature Save Future

18 Februari 2023 bertepatan dengan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW Mahasiswa Tadabbur Alam atau yang disingkat Matala mengadakan Diklat pertamanya. Unit kegiatan mahasiswa yang baru saja lahir pada 22 Desember 2022 langsung tancap gas menyusun agenda besar pertamanya yaitu Pendidikan latihan dasar 1 (DIKLATSAR 1) yang mengangkat Tema Pelatihan dan Penerapan penyelamatan daerah pesisir dengan mangrove. Tema ini diangkat dikarenakan kekhawatiran dan kesadaran para anggota bahwasanya hutan mangrove sangatlah penting untuk daerah pesisir seperti Tangerang, Jakarta bagian Utara dan kota – kota lainnya. Namun sayangnya maraknya pembangunan di wilayah pesisir yang mengharuskan hutan mangrove berubah menjadi kawasan elit yang akhirnya berdampak pada terkikisnya daratan disebabkan oleh ombak, ikan – ikan dan kepiting muara yang menghilang karena habitatnya yang rusak dan banjir Rob yang sering terjadi saat cuaca ekstrem. Akhirnya berangkatlah 15 Mahasiswa STAI Asy – Syukriyyah yang tergabung kedalam Mahasiswa Tadabbur Alam untuk mempelajari tentang hutan mangrove.

Pukul 08:30 WIB kapal bertolak dari Pelabuhan Rawasaban kecamatan Teluknaga kabupaten Tangerang menuju tempat pelatihan mangrove yaitu Pulau Tidung kecil. Setelah berlayar 2.5 jam akhirnya kapal tiba di dermaga lampu 8 pulau Tidung besar Kecamatan kepulauan seribu selatan kabupaten kepulauan seribu provinsi DKI Jakarta. Dari sini peserta masih harus berjalan kaki selama 45 menit ke arah Timur menuju pulau Tidung kecil. Setelah tiba diarea peserta bersiap mengikuti pelatihan dan penerapan seputar mangrove.

Pada acara kali ini Mahasiswa Tadabbur Alam STAI ASY – Syukriyyah berkolaborasi dengan Pusat budidaya dan konservasi laut yang dinaungi oleh Dinas ketahanan pangan kelautan dan pertanian provinsi DKI Jakarta. Bapak Bayi Sudiyana alias Pa Ubay selaku pemateri yang mendampingi Mahasiswa dalam proses pelatihan dan penanaman mangrove pada kesempatan kali ini. Beliau menjelaskan tentang berbagai jenis mengrove seperti Avicennia, Bruguiera, Ceriops, Rhizhopora, dan Sonneratia. Jenis mangrove yang cocok untuk ditanam kali ini adalah jenis Rhizhopora. Terdapat 3 jenis mangrove Rhizhopora diantaranya R. apiculata, R. mucronata, dan R. Stylosa. Jenis mangrove ini dipilih karena mereka dapat ditanam pada media pasir dan air asin. Selain menjelaskan tentang jenis mangrove Pa Ubay juga menerangkan manfaat – manfaat mangrove seperti mencegah abrasi, menambah daratan, menguatkan ekonomi masyarakat pesisir, menjaga ekosistem laut, sebagai tempat ikan – ikat bertelur, mengurangi Karbon Monoksida dan masih banyak lagi. Selain itu mangrove juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi seperti pembuatan kripik, sirup dodol serta juga dapat dibuat minyak sayur dan beberapa diantaranya dapat menjadi bahan dasar kosmetik.

Setelah menjelaskan seputar mangrove, pa Ubay mengkomandoi teman – teman mahasiswa untuk menggali dan menanam bibit – bibit yang telah dibawa sebelum dari tempat pembibitan 2 yang ada di tengah pulau Tidung kecil. Ukuran bibit yang ditanam sekitar 50 – 80 cm yang sudah mempunyai 6 daun. Ditengah – tengah prosesi penanaman pa Ubay menjelaskan tentang pentingnya kesadaran kita sebagai manusia untuk menjaga, merawat serta memperdulikan alam sekitar karena kelak sesuatu yang kita nikmati sekarang adalah hal yang akan kita wariskan kepada generasi selanjutnya. Jangan sampai generasi selanjutnya mengutuk kita karena ketidakpedulian kita terhadap alam sekitar. ketika pohon terakhir telah ditebang, satu – satunya mata air sudah tidak mengalir, sungai – sungai telah tercemar dan ikan terakhir telah ditangkap kita baru sadar bahwa uang tidak bisa dimakan dan ketamakan tidak bisa menghilangkan rasa lapar.

Salam literasi, salam lestari.

Penulis Redaksi: Yeni Iskandar

Bagikan
Scroll to Top