STAI Asy-Syukriyyah Ikut Serta Konvensi Forum Rektor Indonesia Melalui Virtual

Tangerang; 4/6/2020. alhamdulillah Wa syukrulillah STAI Asy-Syukriyyah Tangerang ikut serta dalam Konvensi Forum Rektor Indonesia melalui virtual, yang diwakili oleh Wakil Ketua I Bid. Akademik, sdr. Supriadi. M.Ag.

Dalam diskusi forum tersebut rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria resmi menjadi Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) 2020. Arif Satria terpilih menggantikan Ketua FRI sebelumnnya, yakni Rektor Universitas Diponegoro Yos Johan Utama.

Arif menyampaikan kesiapannya memenuhi harapan Presiden Joko Widodo agar perguruan tinggi melahirkan sumber daya manusia unggul untuk pembangunan nasional. Selain itu, menciptakan sumber daya manusia yang inovatif dan kompetitif.

“Apa yang dipesankan oleh Presiden akan menjadi perhatian, catatan dan semangat bagi  pengurus FRI ke depan untuk mempertajam perannya dalam membawa manfaat untuk kemajuan perguruan tinggi di Indonesia,” ungkap Arif dalam Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) 2020. Ketika membuka Konferensi FRI 2020,  Presiden Jokowi menyatakan perguruan tinggi memegang posisi strategis untuk mencetak generasi muda yang produktif dan kompetitif. Perguruan tinggi harus berjuang untuk kemanusiaan dan kemajuan Indonesia.

“Untuk itu kita harus berubah, kita harus mengembangkan cara-cara baru dan strategi baru,” ujar Jokowi.

Konferensi FRI 2020 tahun ini diisi dengan seminar daring dengan narasumber Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mohammad Mahfud MD. Kemudian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, Menteri Riset, Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang P. Soemantri Brodjonegoro, dan Rektor IPB Arif Satria.

Menutup acara, Menteri Sekretaris Negara, Pratikno menyampaikan bahwa FRI ini bisa menjadi wadah untuk saling berbagi. Guna mewujudkannya, internal perguruan tinggi harus saling terbuka.

“Membuka diri untuk berbagi, membuka diri untuk menerima. Kita dobrak relaksasi kurikulum, reformasi kurikulum, arahan pak Presiden memberikan ruang belajar kepada siapa saja,” ungkap Pratikno.

Forum Rektor Indonesia (FRI) meminta pemerintah membantu proses pembelajaran jarak jauh di tingkat perguruan tinggi dengan menanggung biaya internet bagi mahasiswa dan dosen. Hal itu disampaikan Ketua FRI Yos Johan Utama dalam Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) yang digelar secara virtual, Sabtu (4/7/2020).

“Dalam masa pandemi ini, pemerintah diharapkan membantu mahasiswa dan dosen dalam proses pendidikan yakni dengan kebijakan membebaskan atau paling tidak menanggung pembiayaan internet bagi mahasiswa dan dosen,” ujar Yos Johan. Rektor Universitas Diponegoro itu menyebut, biaya internet cukup memberatkan mahasiswa dan dosen selama perkuliahan daring. Oleh karena itu, pembebasan biaya internet ini sangat dibutuhkan. Terlebih kuliah daring masih akan berlangsung selama satu semester ke depan. “Ini sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah,” ujar dia. Mendikbud Nadiem Makarim langsung merespons permintaan itu dalam acara tersebut. Nadiem menyebut, saat ini Kemendikbud sudah berupaya bekerja sama dengan perusahaan penyedia layanan telekomunikasi agar paket internet untuk belajar terjangkau. “Kami sudah kerja sama dengan untuk berbagai macam platform pembelajaran untuk mendapatkan diskon, harga lebih murah dan itu sudah jalan,” kata Nadiem. Ia menambahkan, perguruan tinggi negeri (PTN) sudah diinstruksikan untuk memberi bantuan ke mahasiswa dan dosen. Sementara utuk perguruan tinggi swasta (PTS), Kemendikbud telah mengalokasikan dana Rp 1 triliun untuk bantuan biaya pendidikan. Sebab, PTS di masa pandemi ini juga mengalami kesulitan keuangan seperti berbagai sektor lainnya. “Ini pertama kalinya (bantuan) untuk swasta,” ucap Nadiem.

Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD meminta perguruan tinggi tidak hanya menghasilkan sarjana yang terampil, tetapi juga lulusan yang memiliki karakter. “Kita tidak bisa hanya mendorong dia (mahasiswa) hanya punya skill ini itu, tapi kehidupan yang dicerdaskan, karena kalau hanya lihat skill dan sebagainya, itu otak. Sementara kita harus membina watak untuk karakater itu,” kata Mahfud. Mahfud mengutip pernyataan rektor pertama Universitas Gadjah Mada (UGM) M. Sardjito, bahwa sarjana yang baik bukan hanya pintar dan terampil, tetapi memiliki hati yang mulia. “Dulu pak Prof Sardjito pernah katakan universitas jangan hanya hadirkan sarjana, tapi juga hadirkan sarjana yang sujana, yang baik hati, yang budiman bukan hanya pintar terampil tapi hatinya mulia,” ujarnya. Tak hanya itu, Mahfud mengatakan, dalam pembukaan UUD 1945 juga disebutkan bahwa tujuan pendidikan Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yang artinya bukan sekadar memberikan keterampilan. “Saya ingin sampaikan dari sudut pendidikan, pendidikan kita untuk kembali ke jati diri itu, harus kembali ke dalam apa yang sudah digariskan oleh negara tentang pendidikan,” ucapnya. “Pendidikan kita itu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan untuk mencerdaskan otak, tapi juga watak, karena mencerdaskan kehidupan itu ada di dalam Pembukaan UU dasar kita,” pungkasnya.

Supriadi

Bagikan
Scroll to Top