Dalam rangka Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) oleh Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Asy-Syukriyyah, diselenggarakan kegiatan pemberian materi pada hari Sabtu, 03 Februari 2024. Kegiatan ini terselenggara di SD Jakarta Islamic School Joglo Jakarta Barat.
Acara yang mengusung tema “Pendidikan Hati dalam Mencegah Bullying di Sekolah” bersama dosen PGMI STAI Asy-Syukriyyah M. Tamsil Muin, M.Pd dan didampingi oleh mahasiswa PGMI semester 8 yaitu Muhammad Raihan serta diikuti oleh para wali murid dan guru SD Jakarta Islamic School.
Dalam materinya, Ustadz Tamsil memberikan materi kepada para wali murid dan guru dengan Pendidikan hati dalam mencegah bullying di sekolah.
Kata Bullying berarti menggertak dan mengganggu orang yang lebih lemah. Istilah bullying kemudian digunakan untuk menunjukkan perilaku agresif seseorang berulang-ulang terhadap orang atau kelompok orang lain yang lebih lemah untuk menyakiti korban secara fisik maupun mental. Bullying bisa berupa kekerasan dalam bentuk fisik misalnya menampar, memukul, menganiaya dan mencederai, dan bullying dalam bentuk verbal misalnya mengejek, mengolok-olok dan memaki serta bullying dalam bentuk mental atau psikis misalnya memalak, mengintimidasi dan mengucilkan.
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
- Bullies (pelaku bullying) yaitu individu yang secara fisik atau emosional melukai individu lain secara berulang-ulang.
- Victim (korban) yaitu individu yang sering menjadi target dari perilaku agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan sedikit pertahanan melawan penyerangannya.
- Bullying – victim yaitu pihak yang terlibat dalam perilaku agresif tetapi juga menjadi korban perilaku agresif.
- Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku bullying.
Oleh karena itu strategi dalam penanganan bullying memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan siswa, guru, dan orang tua. Interaksi antara siswa-guru dan orang tua akan mempengaruhi perkembangan anak, termasuk perkembangan psikososial.
Beberapa factor yang mempengaruhi seorang individu melakukan Tindakan bullying, menurut Olweus disebabkan oleh factor yang dilatar belakangi oleh keluarga, dengan keadaan keluarga diantaranya sebagai berikut:
- Sikap emosional orang tua dan terutama pemberi asuhan utama terhadap anak. Kurangnya kehangatan dan kedekatan orang tua dan anak akan meningkatkan resiko anak menjadi agresif dan mengembangkan sikap bermusuhan terhadap lingkungannya.
- Sedikit cinta dan perhatian orang tua namun terlalu banyak membebaskan perilaku pada masa kanak-kanak (tidak ada pembatasan) memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan dan pola reaksi yang agresif.
- Adanya pola asuh orang tua yang terlalu dominan melalui hukuman secara fisik seperti memukul, menampar dan menendang akan melahirkan sikap kekerasan yang serupa.
- kondisi keluarga yang kurang baik, sering terdapatnya pertengkaran, konflik antar kedua orang tus atau antar orang dewasa yang ada dalam sebuah keluarga.
Pendidikan hati merupakan pendekatan yang mendorong pengembangan nilai-nilai moral, etika, empati dan kecerdasan emosional pada individu. Dalam konteks bullying di sekolah, pendidikan hati memiliki peran penting yang menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung pertumbuhan positif siswa.
Berikut cara pendidikan hati dalam mencegah bullying di sekolah :
- Pelatihan anti bullying dan perhatian dari guru yaitu pendidikan hati dapat mencakup pelatihan khusus tentang pengenalan dan pencegahan bullying. Ini dapat melibatkan kegiatan edukatif, seminar atau kampanye untuk meningkatkan kesadaran terhadap dampak negative dari perilaku bullying dan perhatian dari guru ketika anak-anak beraktivitas di sekolah.
- Keterlibatan orang tua dan guru yaitu pendidikan hati melibatkan orang tua dan guru dalam mendukung pengembangan nilai-nilai moral anak-anak. Kolaborasi ini dapat menciptakan konsistensi antara pengajaran di sekolah dan di rumah.